Studi: Duduk Lebih dari 10 Jam Sehari Bisa Tingkatkan Risiko Demensia
Penelitian yang di terbitkan awal pekan ini di JAMA menunjukan bahwa duduk diam selama 10 jam setiap hari berisiko terkena demensia. Istilah umum untuk hilangnya fungsi kognitif. Gejalanya meliputi kehilangan memori, kebingungan, dan kesulitan mengungkapkan isi pikiran.
“Satu di antara hal paling menarik yang saya temukan mengenai penelitian ini adalah mengenai risiko yang terkait dengan demensia. Jumlah waktu yang di habiskan untuk tidak banyak bergerak lebih penting daripada akumulasi waktu tersebut.” Penulis studi Daniel Aslan, kandidat PhD di bidang manusia dan biologi evolusi di Departemen Ilmu Biologi Universitas Southern California.
Penelitian juga menunjukkan duduk terlalu lama dapat menyebabkan perkembangan sakit kanker, sakit punggung, dan banyak masalah kesehatan lainnya.
Tapi apa kaitannya antara kebanyakan duduk dengan demensia?
Penelitian di lakukan melalui UK Biobank, sebuah gudang data medis dari setengah juta orang yang tinggal di Inggris.
Basis data itu memiliki serangkaian informasi mengenai hampir 50 ribu orang berusia 60 tahun atau lebih yang memakai akselerometer, atau perangkat pergelangan tangan yang melacak pergerakan, terus menerus selama satu minggu antara tahun 2013 hingga 2015.
Saat itu, tidak ada orang yang menderita demensia waktu mulai memakai akselerometer.
Para peneliti dalam studi baru ini menggunakan catatan medis untuk menentukan bahwa, sekitar enam tahun setelah orang berpartisipasi dalam percobaan selama seminggu, 414 di antaranya menderita demensia.
Setelah menganalisis data akselerometer, mereka menemukan bahwa risiko peserta terkena demensia meningkat jika mereka menghabiskan sekitar 10 jam sehari untuk duduk diam. Itu berarti mereka duduk atau berbaring dan mengeluarkan sedikit energi dalam satu hari.
Peningkatan Risiko Demensia
Risikonya pun meningkat, dimana peserta yang banyak duduk selama 15 jam mempunyai risiko hingga tiga kali lipat terkena demensia di bandingkan rekan mereka yang tidak banyak duduk.
“Jumlah aktivitas menetap per hari tidak di kaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena demensia,” tulis para peneliti.
“Meski belum sepenuhnya di pahami, berkurangnya aktivitas fisik bisa mengakibatkan berbagai efek negatif. Diantaranya obesitas, peningkatan peradangan, dan berkurangnya aliran darah ke otak.” katanya.
“Jika di gabungkan, faktor-faktor ini mampu menaikan risiko demensia seseorang. Kemungkinan besar di sebabkan oleh kerusakan langsung dan tidak langsung pada sel-sel otak,” ucap Keiland Cooper. Seorang peneliti doktoral dalam ilmu kognitif dan ilmu saraf di Universitas California, Irvine, yang tak terlibat dalam penelitian.