GAYA HIDUP

Dibalik Hijaunya Rumput Bromo, Ada Dampak Kurang Elok Dari Kebakaran

Pemandangan Bromo setelah kebakaran memang memanjakan mata melalui rumput baru nan hijau. Tetapi, terdapat beberapa dampak yang tidak elok di balik keindahan tersebut.

Kebakaran melanda Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) pada 6-16 September 2023. Kebakaran terjadi lantaran ulah wisatawan yang menyalakan flare demi foto prewedding di hamparan savana yang kering.

Percikan api menyulut rerumputan kering di sekitar padang savana Bukit Teletubbies Bromo hingga sulit untuk dipadamkan. Bahkan fenomena kebakaran ini terjadi hingga berhari-hari.

Kini, pemandangan Bromo kembali menghijau lewat munculnya rerumputan baru yang tumbuh. Banyak yang mengasosiasikan ini sebagai dampak positif dari kebakaran. Padahal, banyak juga dampak yang tidak diinginkan atas kejadian tersebut.

Berikut efek kebakaran Bromo:

1. Ancaman Hilangnya Ekosistem

Salah satu yang paling berpengaruh terkait kebakaran tersebut adalah ancaman hilangnya ekosistem. Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) selaku penjaga dan pengawas TNBTS menyebut ancaman ini mungkin terjadi di balik keindahan saat ini.

“Karena kita nggak tahu ekosistem setelah terbakar itu apakah nanti akan tetap seperti ekosistem sebelum terbakar atau justru akan berubah gitu. Bisa jadi ada beberapa spesies tumbuhan yang ketika terbakar dia akan sulit buat hidup kembali, tapi ada yang akan lebih mudah sehingga nanti mendominasi,” ujar Kepala Bagian Tata Usaha BBTNBTS, Septi Eka Wardhani, saat ditemui princeolivernews.com di kantor BBTNBTS.

Septi menjelaskan bahwa kebakaran tersebut berpotensi menghilangkan habitat asli hewan yang tinggal di sana. Adapun terdapat beberapa satwa yang tinggal di kawasan Bromo, seperti kupu-kupu, elang jawa, kera, hingga kucing hutan.

“Nah itu yang kita juga harus antisipasi, apalagi kalau itu sifatnya adalah invasif kan spesies Itu juga bukan menjadi sebuah kondisi ekosistem yang bagus ya. Kemudian juga untuk hewan-hewannya, ketika terbakar kemarin pasti dia kehilangan habitat. Misalkan kupu-kupu, kemudian ada beberapa jenis unggas, atau mungkin tikus,” kata Septi.

“Bagaimanapun itu merupakan keberagaman yang ada di dalam wilayah taman nasional, walaupun mungkin dianggap tikus gitu ya, tapi di dalam wilayah taman nasional hewan yang tidak di lindungi pun menjadi di lindungi nah itu mereka kehilangan habitat,” dia menegaskan.

2. Hilangnya Pendapatan

Selain kemungkinan hilangnya ekosistem yang terjadi, dampak yang sangat nyata menimpa pelaku wisata di kawasan TNBTS. Misalnya saja Karyo Wahyudi, yang setiap harinya menawarkan jasa menunggangi kuda kepada wisatawan di kawasan ini. Ia menyebut dampak kebakaran itu terjadi selama sebulan, dan ia mesti berhenti total menawarkan jasanya.

“Nggak ada yang ke sini wisatawan, yang ke sini cuman orang yang ambil rumput atau yang ada kepentingan itu aja. Mulai ramai lagi, mulai satu bulan itu sudah ramai lagi,” ujar Karyo kepada princeolivernews.com di lokasi.

Pria asal Lumajang itu biasanya membawa lima ekor kuda sekaligus jika Bromo ramai. Tetapi, ketika Bromo terbakar, ia mesti menghentikan jasanya dan mengalihkan fokusnya ke berladang.

“Kalau kebakaran itu masih tutup semua, karena nggak ada rumputnya yang hijau-hijau itu. Terus saya berkebun juga nggak ke sini, satu bulan ada. Ke ekonomi ya berhenti semua, sama jip-jip, kuda-kuda itu berhenti semua, nggak ke sini. Berkebun, cuman ke sini ngambil rumput aja. Sangat ngaruh ke ekonomi warga,” ujarnya.

Pengalaman serupa diakui juga oleh pengemudi jip asal Pasuruan, Tommy Romansyah. Ia bahkan mengaku tidak menerima pemasukan sampai lebih dari sebulan.

“Kalau dampaknya sih semua, semua pelaku wisata di sini kena dampak khususnya driver jip, kuda, penjual bakso, penjual asongan, penjual buah-buah seperti durian, itu kena semua karena nggak ada pemasukan sama sekali. Sekitar satu bulan lebih dua hari,” kata dia.

Ia menjelaskan bahwa setelah Bromo kebakaran, jasa pengemudi jip yang ia lakukan mengalami penurunan hingga setengah bahkan lebih.

“Kalau biasanya itu satu minggu bisa empat atau tiga, terus setelah kebakaran itu sekarang biasanya satu minggu satu kali kadang juga sampai dua kali,” akunya.

3. Kerugian Nasional Miliaran

Kebakaran Bromo bahkan tak hanya merugikan pelaku usaha perorangan. Dijelaskan saat itu kerugian negara mencapai angka Rp 89,7 miliar.

“Karena penutupan 13 hari, Bromo jadi rugi Rp 89,7 miliar,” tutur Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf Agustini Rahayu, dalam konferensi pers di Kantor Kemenparekraf, Jakarta.